Masjid Jogokariyan Yogyakarta terkenal dengan program-programnya yang unik, intinya untuk menarik jemaah sering membagikan makanan saat salat berjamaah. Untuk menarik jamaah maghrib pada bulan puasa, takmir mengeluarkan 1.5 miliar, karena makan itu menarik bagi setiap orang, maka untuk menarik jamaah disediakan makan setelah sholat, bahkan pada pengumumannya bukan diumumkan siapa nama imam dan penceramahnya, tapi diumumkan menu makanannya.
Kiprah para pengurus Masjid Jogokariyan menjadikan masjid tersebut sebagai tempat yang nyaman untuk beribadah dan menjadi pusat pengembangan ekonomi umat. Untuk itu pengurus DMI (Dewan Masjid Indonesia) Kabupaten Tuban melakukan studi tiru pada Sabtu kemarin yang dipimpin langsung oleh Ketua DMI Kabupaten Tuban Joko Purnomo.
Pria yang juga menjabat sebagai Kabag Kesra Pemerintah Kabupaten Tuban ini menjelaskan tujuan dilaksanakannya kegiatan studi tiru ke Yogyakarta ini adalah untuk belajar mengenai tata kelola dan mengatur manajemen masjid. “Kami berharap kepada seluruh pengurus agar ilmu yang didapat dapat diterapkan di Kabupaten Tuban,” ujarnya.
Sambutan perkenalan disampaikan oleh penasehat DMI Kabupaten Tuban, Kasduri.
Rombongan studi tiru diterima oleh salah seorang pengurus masjid Jogokariyan, Rosyidi. Menurutnya masjid dikatakan
makmur jika masjid ramai didatangi orang untuk melaksanakan salat berjamaah. “Makmur itu tidak melihat dari bangunan dan saldo kasnya, ketika masjid kapasitas 50 orang dan terisi penuh dengan jemaah 50 orang maka sudah bisa dikatakan makmur,” katanya.
Selain memberi makan jemaah pengurus masjid juga membantu sekolah anak jemaah, membangunkan rumah untuk jemaah yang kurang mampu bahkan sampai mencarikan jodoh. Tugas ta’mir adalah menghadirkan ketenangan dan kesenangan ketika muslimin dan muslimat jamaah di masjid dengan cara memberikan layanan terbaik. “Masjid tidak boleh dikunci 24 jam, kalau malam jangan dimatikan lampunya supaya fungsi masjid bisa digunakan ibadah 24 jam,” imbuhnya.
Selain itu masjid juga berfungsi sebagai muamalah (connekting people), contoh menghubungkan jamaah ahli nukang dengan orang yang sedang butuh tukang, ijinkan jemaah salat dengan membawa anak kecil, jangan ditulisi dilarang tidur dan bawa anak kecil ke masjid,” kelakarnya.
Sambutan perkenalan disampaikan oleh Kasduri, salah satu pengurus DMI Kabupaten Tuban. Acara berlangsung dengan sangat gayeng dengan banyaknya pertanyaan dari rombongan. Studi tiru ini diikuti sebanyak 46 peserta dengan menggunakan armada bus.
Kepala Seksi Bimas Islam Kementerian Agama Kabupaten Tuban Mashari secara terpisah berharap setelah mengadakan kegiatan ini pengurus daerah dan cabang DMI Kabupaten Tuban bisa mengoptimalkan fungsi dan peran masjid yang sesungguhnya. “Sebagai seksi yang menangani tupoksi kemasjidan, kami berharap setelah melihat secara dekat sekaligus belajar tentang bagaimana tata kelola manajemen masjid yang baik dan profesional dalam mengelola, membina serta menggerakkan potensi umat,” ujarnya Minggu, (10/11/2024).
Setelah kegiatan dari masjid Jogokariyan, rombongan melepas lelah menuju Malioboro sambil menikmati makanan khas Jogjakarta. Sebelumnya rombongan juga berkesempatan salat subuh di masjid Syaikh Zayed Solo. (Lai/MR)
Editor: Laidia Maryati