Mengulik perjuangan petugas haji selama di tanah suci kloter 18, 19 dan 24 mulai datang di Madinah sampai pasca pelaksanaan Armina. Pelaksanaan ibadah haji tahun ini sangat berat karena pemerintah menetapkan kuota 30% dari total jemaah haji Indonesia pada 2023.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban, Ahmad Munir menjelaskan sudah 3 kloter jemaah haji kabupaten Tuban yang kembali ke tanah air. “Tahun ini Kabupaten Tuban memberangkatkan
- 291 jemaah haji dengan prioritas lansia 41 orang dengan umur paling muda 84 dan paling tua 90 jemaah,” ujarnya, Jumat (21/7/2023).
Tentu banyak sekali umur 83 ke bawah yang membersamai keberangkatan jemaah haji dan pasti ada banyak jemaah resti, resiko tinggi yang sudah menderita sakit bawaan, sehingga kabupaten Tuban untuk tahun ini ada 13 jemaah yang meninggal ditanah haram. “Tentu sangat berat bagi para petugas mengingat ini jemaah haji lansia tanpa pendamping dan tidak ada penggabungan,” lanjutnya.
Ia mengaku semua petugas baik Ketua Kloter dan 3 tenaga kesehatan bersama saling bantu menangani jemaah yang sakit bahkan yang meninggal kadang sehari dua kali. “Tentu kami di bantu oleh Karom, Karu dan semua jemaah bersatu padu saling bantu,” tandasnya.
Bagaimana Munir selaku Kepala Kantor mengkondisikan itu? “Sebelum berangkat ke tanah suci sudah kami sosialisasikan istilah mabrur sebelum berangkat, baik saat manasik di KUA ataupun manasik massal,” tegasnya.
Karena itulah tugas yang berat tidak terasa karena semangat yang ditanamkan.
Pria tegas ini menambahkan, para petugas betul-betul harus kreatif memanfaatkan alat yang ada ketika ada jemaah sakit karena tidak mau makan. Infus bisa di taruh di mana saja, bahkan di gorden yang dalamnya dikasih jeruk kemudian ditali untuk cantolan infus.
Menambahkan apa yang disampaikan Kakankemenag Tuban, salah seorang petugas pembimbing ibadah haji, Muslah menceritakan sejak awal tiba di Madinah dan jemaah melakukan Arbain, sudah ada jemaah yang kesasar terlepas dari rombongan.
“Ditengah panasnya matahari, kami tanya jemaah mau ke hotel atau lanjut Arbain, jemaah putuskan untuk melanjutkan Arbain, tentu saja Ini membuat kami sedikit kebingungan karena jemaahnya laki-laki,” tuturnya. Akhirnya ada petugas lain yang membawa jemaah perempuan (hilang dari rombongan) sehingga jemaah ditukar agar sama-sama bisa mendampingi. Muslah mengaku semboyan jemaah “Jalani, Nikmati dan Syukuri” betul-betul diterapkan sehingga dalam melaksanakan tugas menjadi ringan. (Lai)
Editor: Laidia Maryati
