Kementerian Agama Kabupaten Tuban yang digawangi oleh Seksi Bimas Islam menyelenggarakan kegiatan Peringatan Isra Mikraj 1444 H di Gedung Asrama Haji Tuban, Kamis (23/02/2023).
Kakankemenag Tuban, Ahmad Munir saat memberikan tausiyah hikmah Isra Mikraj menyampaikan beberapa pesan.
Isra Mikraj menyimpan banyak hikmah dan ibrah bagi orang-orang yang berakal sehat. Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid al-Haram di Mekkah ke Masjid al-Aqsha di al-Quds, Palestina.
Sedangkan Mikraj adalah naiknya Rasulullah SAW menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak bisa dijangkau oleh semua makhluk, malaikat, jin dan manusia. Dan perjalanan itu berlangsung hanya semalam
Di balik keagungan mu’jizat ini, ada nilai-nilai pendidikan yang patut untuk direnungkan dan diaplikasikan.
Peristiwa Isra Mikraj adalah momen yang baik untuk memperkuat aqidah umat Islam. Para pendidik muslim harus melahirkan manusia-manusia beradab seperti Abu Bakar al-Shiddiq. Manusia-manusia yang keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya tidak menyisakan keraguan sedikitpun. Manusia yang memahami cara menggunakan akal dengan benar.
Selain masalah aqidah, Isra Mikraj juga mengandung pendidikan ibadah. “Dalam hal ini tentu saja tentang pentingnya mendirikan salat, sebab salat adalah hadiah dari Allah SWT di malam Isra Mikraj itu,” jelas Munir.
Ibadah shalat adalah Mikrajnya orang-orang mukmin. Isra Mikraj adalah evaluasi ibadah salat kita.
Menurut Munir, nilai yang bisa dipetik dari peristiwa itu adalah
nilai-nilai signifikan bagi sebuah kepemimpinan. Pertama, sebagaimana tercermin dari ayat yang mengemukakan peristiwa Isra’ Mi’raj, yang dimulai dengan ”tasbih”, juga peristiwa pembersihan dada Nabi dengan air zamzam ditambah dengan wudlu, maka dalam sebuah kepemimpinan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjaga integritas moral. Dalam konteks ke-Indonesiaan, hal ini dapat diwujudkan dengan reformasi moral (revolusi mental) yang dimulai dari tingkat aparaturnya.
Selain integritas moral (akhlaqul karimah), yang tidak kalah pentingnya adalah belajar kepada sejarah. Ia bisa berupa nilai-nilai yang berkenaan dengan masa lampau, dapat pula berupa pengalaman dari orang per-orang yang pernah menjalankan sebuah kepemimpinan. Dengan demikian kontinuitas kesejarahan dapat terus dipertahankan dan dikembangkan. Dalam ungkapan kaidah fiqh, ”Memelihara nilai lama yang baik dan mengambil nilai baru yang lebih baik” (Al-muhafazah ‘ala al-qadim al-shalih wa al-akhzu bi al-jadid al-ashlah).
Hendaknya kebijakan seorang pemimpin membumi kepada hati dan kebutuhan (rakyat) yang dipimpinnya. Dalam peristiwa Isra Mikraj, hal itu telah diteladankan Nabi saw, ketika beliau sudi kembali (turun) ke bumi setelah bertemu Allah. Padahal pertemuan dengan Allah-lah cita-cita dan tujuan umat manusia, terlebih kaum sufi (para ”pencari Tuhan”). Kembalinya Rasulullah ini dimaksudkan untuk menyelamatkan nasib umat manusia (rahmatan lil’alamin).
Selanjutnya amanat Rasulullah SAW untuk menegakkan salat, pada dasarnya merupakan suatu simbolisme yang mengajarkan prinsip kepemimpinan, yakni pola hubungan antara hamba (manusia) kepada Tuhannya dan antara manusia dengan sesamanya. Dalam ajaran salat, seseorang yang hendak melaksanakannya, diwajibkan terlebih dahulu berwudlu atau dalam keadaan suci. Pelaksanaan salat itu sendiri, dimulai dengan mengagungkan Asma Allah (takbiratul ihram) dan diakhiri dengan doa keselamatan bagi segenap umat manusia (salam).
Disamping itu pula sebelum peristiwa Isra Mikraj Rasulullah SAW menghadapi ujian yang cukup berat, dikatakan Ammul Adzmi yakni ditinggalkannya istri sekaligus menopang masa dakwah beliau dan pamannya Abu Tholib yang selalu menjaga dan membela baginda Rasulullah SAW.
Pada peristiwa tersebut juga ada hikmah terakhir, Rasulullah ditunjukkan secara langsung oleh Allah kejadian di neraka dan disurga.
Kasi Bimas Islam Kemenag Tuban, Mashari menjelaskan tema kegiatan ini adalah “Dengan semangat Isra Mikraj Kita Tingkatkan Kualitas Salat dalam Upaya Mewujudkan Pribadi yang Kokoh dan Berkarakter”.
“Tujuan kegiatan ini adalah agar kita semakin mengingat, mencintai dan melaksanakan ajaran Rasulullah, sehingga nantinya kita akan dirindukan dan mendapatkan syafa’at dari Nabiyullah Muhammad SAW,” terangnya.
Ia melanjutkan acara ini diikuti oleh 250 orang, yang terdiri dari Kasubag TU, semua Kasi dan Penyelenggara, Pranata Humas, Perencana, seluruh Penyuluh Agama Islam baik fungsional ataupun honorer.
Pada kesempatan ini juga diserahan SK PAW (Pengganti Antar Waktu) kepada
Ahmad Miqdad (Senori) dan Ahmad Najamuddin (Bangilan) dan diberikan Sosialisasi Satgas Halal oleh Kasubag TU, Moh. Qosim.
“Setelah acara selesai dilanjutkan Rapat Kerja Penyuluh, sebab Penyuluh Agama Islam diamanahi Kepdirjen no 504 tahun 2022 tentang tugas dan fungsi menjadi 12 bidang spesialis,” pungkasnya. (Lai)
Editor: Laidia Maryati