Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban, Sahid, beserta ibu mengikuti acara “Halaqah Peringatan Hari Santri” oleh Kanwil Kemenag Jatim di aula Al Ikhlas, Kamis, (21/10/2021). Acara ini juga diikuti segenap ASN Kemenag Tuban secara daring. Di jajaran satker induk melalui link zoom yang diikuti oleh Kasubag TU, Kasi, dan ASN yang dipusatkan di aula Kemenag Tuban, sedang ASN lainnya menyimak lewat link YouTube.

Dalam sambutannya Kakanwil Kemenag Jatim, Husnul Maram, mengatakan Hari Santri merupakan anugerah dari Tuhan YME kepada bangsa Indonesia. “Negara berterima kasih kepada para pejuang umat Islam dan semuanya yang mempertahankan negara yang ingin diporakporandakan oleh penjajah,” kata ia.
Pria jebolan Fakultas Syariah UINSA Surabaya ini juga mengatakan perjalanan Kanwil Kemenag Jatim ini luar biasa, dari puluhan tahun lalu diperjuangkan oleh para sesepuh Kemenag Jatim.

Acara ini sekaligus memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW, dan dilanjutkan launching TTE (Tanda Tangan Elektronik). Kakanwil berharap launching ini diikuti oleh kab/ko se Jawa Timur. “Kemenag Jatim sebagai pelopor nasional, karena baru Jatim yang sudah melaksanakan TTE,” ujarnya.

Giat ini diikuti secara luring oleh Kakankemenag se Jawa Timur beserta ibu, dan menghadirkan dua Kiai, Gus Ali Masyhuri dari Tulangan Sidoarjo dan Guru Besar UINSA Surabaya, Prof. Ali Aziz.

Dalam ceramahnya Gus Ali mengatakan bahwa Hari Santri tidak bisa lepas dari tokoh sentralnya, KH. Hasyim Asy’ari. “Hari santri dibentuk untuk mengingatkan resolusi jihad Kyai Hasyim Asy’ari, yang menggerakkan santri dan masyarakat untuk melawan kolonial Belanda,” ujar beliau.

Hari Santri Nasional dituangkan dalam Keputusan Presiden nomor 22 tahun 2015 yang ditandatangani di masjid Istiqlal Jakarta.
“Santri oleh kalah rupo tapi kudu menang dungo, santri oleh kalah duwit tapi kudu menang wirid dan santri oleh kalah pangkat tapi kudu menang tirakat,” kata beliau.

Sementara itu, Prof. Ali Aziz mengingatkan santri itu jangan mesti dibayangkan orang-orang yang tinggal di pondok pesantren saja. “Itu terlalu sempit, santri itu adalah orang yang seumur hidupnya mau belajar, mau menjadi pembelajar sejati,” ujarnya. Menurut pria yang selalu menarik ini, ilmu itu seperti air kalau tidak diganti, tidak ditambah dan tidak diberikan, maka air itu akan basi.

Beliau juga memotivasi ASN Kemenag Jatim. “ASN adalah obor ditengah kegelapan,” sambungnya.
Tiga hal yang harus ditekankan menurut Prof. Ali, pertama hari santri harus dijadikan semangat untuk belajar. Kedua, santri harus memiliki pengetahuan dan pandangan yang sangat luas. Ketiga, santri tidak boleh minder dan harus percaya diri.
“Orang sukses bukan yang ilmunya banyak tapi ditentukan oleh percaya diri, 90 persen pe-de dan10 persen ilmu,” pungkasnya. (lai/irn)

Editor: Laidia Maryati

Kemenag Tuban Ikuti Halaqah Peringatan Hari Santri Kanwil Kemenag Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *