Selesai menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan kemudian diakhiri dengan hari raya idulfitri maka sudah selayaknya kita sebagai seorang muslim saling bermaafan. Di hari pertama masuk kerja ini, Kepala Kankemenag Tuban beserta ibu, yang didampingi Kasi, Pranata Humas dan beberapa perwakilan Pengurus DWP Kemenag Tuban mendatangi ASN di tiap ruang untuk saling bermaafan.
“Karena lebaran tahun ini masih dalam suasana pandemi Covid-19, kita ubah paradigma, biasanya rekan-rekan ASN yang mendatangi pimpinan, sekarang pimpinan yang mendatangi ASN di ruang kerjanya,” ujar Sahid, Kakankemenag Tuban, Senin (17/05/2021).
Ia mencoba untuk memberikan contoh atau teladan kepada ASN bahwa tidak harus seorang mitra kerja yang meminta maaf duluan. Sudah selayaknya jajaran pimpinan memberikan contoh yang baik.
Sahid berharap semua bisa saling bermaafan satu sama lain. “Selama 12 bulan kita berinteraksi pasti ada gesekan baik kecil maupun besar dan itu menimbulkan ketidaknyamanan, maka dari itu mohon dimaafkan semua khilaf,” imbuhnya.
Usai bermaafan dengan semua ASN Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban, dilanjutkan halal bihalal dengan keluarga besar Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dan Kakankemenag se-Jatim secara virtual didampingi semua Kasi.
Sebagaimana intruksi Kemenag, bahwa silaturahim dalam rangka Idulfitri agar hanya boleh dilakukan bersama keluarga terdekat. Selain itu, juga diharapkan tidak menggelar kegiatan Open House/Halal Bihalai di lingkungan kantor atau komunitas.
“Hal ini tertuang dalam Surat Edaran No SE 07 tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Salat Idul Fitri Tahun 1442 H/2021 M di saat Pandemi Covid-19, yang diterbitkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas,” jelas pria asli kota Pudak ini.
Selain halal bihalal, SE terbaru Kemenag tersebut juga mengatur tentang pelaksanaan sholat Idul Fitri selama pandemi tahun 2021 sekaligus membantu negara dalam pencegahan penyebaran Covid-19.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Ahmad Zayadi, mengucapkan permintaan maaf kepada semua peserta halal bihalal virtual. Menurut beliau, lebaran dalam bahasa Jawa bisa berarti lebur, luber, dan lembah. “Artinya kita selesai dalam urusan yang tidak baik, dan segera berlimpah berkah,” ujarnya.
Menurut pria kalem ini, dengan lebaran akan melimpah keberkahan dari Allah SWT dan akan menjadi pribadi yang bersih dan suci. Beliau menjabarkan bulan Syawal adalah bulan ke 10, sedangkan bulan Ramadhan adalah bulan ke 10, maknanya kita dilahirkan kembali dan bisa meningkatkan kapasitas masing-masing. Beliau berharap 11 bulan lainnya tetap menerapkan nilai-nilai Ramadhan, dengan tetap mengasah jiwa. (lai/irn)
Editor Laidia Maryati