Berhaji merupakan impian seluruh muslim di dunia. Berhaji tidak hanya sebatas menjalankan rukun Islam kelima, namun juga merasakan dan merenungi hikmah perjalanan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW beberapa ratus tahun yang lalu. Untuk itu diperlukan pengelolaan dan perencanaan yang menarik bagi pembimbing manasik haji.
Menurut Prof. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag, Guru Besar Uinsa Surabaya, strategi adalah perencanaan yang menyeluruh dan tertulis. Sebagai seorang pembimbing manasik haji, tentu ingin setelah berhaji jemaahnya mabrur. Apa yang harus dilakukan ketika mau berangkat haji dan ketika sedang berhaji.
“Biar strategi berhasil harus berkonsultasi dengan ulama, dengan orang yang berpengalaman dan dengan teman sejawat,” ujarnya dihadapan peserta Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Angkatan III di Asrama Haji Sukolilo Surabaya Selasa, (15/12/2020).
Menurut pria yang sudah ratusan kali ceramah di luar negeri ini, ada lima skill yang harus dimiliki Pembimbing Manasik Haji, yakni Task Skill (melaksanakan tugas yang harus dikerjakan), Task Managemen Skill (mengelola hal hal baru yang muncul ditengah pelaksanaan tugas), Contigency Management Skill (mengambil tindakan dengan cepat untuk mengatasi masalah yang muncul), Job rRole Enviroment Skill (memelihara keharmonisan lingkungan dimana pun ia berada) dan Transfer Skill (beradaptasi dengan lingkungan yang baru).
Selain itu seorang pembimbing manasik haji harus memiliki
empat kompetensi. Pertama, Kompetensi Kepribadian, beriman dan berakhlak mulia, bersikap peduli pada semua orang sehingga ia menjadi tauladan dipercaya dan disegani oleh jamaahnya. Kedua Kompetensi Profesional, yaitu menguasai secara mendalam ajaran Islam, khususnya tentang haji dan umroh berdasarkan Al-Qur’an dan hadist, kitab klasik dan modern, menguasai disiplin sejumlah ilmu yang terkait dan mampu mengembangkan materi bimbingan secara kreatif. Ketiga, Kompetensi Komunikatif yaitu kemampuan memahami jamaah haji secara menyeluruh dari segi psikologis, sosiologis, dan tingkat intelektualitasnya, keahlian dan ketrampilan memilih pesan, metode dan media penyampaian, serta memanfaatkan alat-alat komunikasi modern. Dan keempat
Kompetensi Sosial, yaitu kemampuan bergaul dengan semua dan jamaah secara efektif, menyenangkan, tidak membedakan latar belakang etnis, sosial dan pendidikan mereka.
“Pembimbing manasik harus mempunyai prinsip memberi teladan sebelum berdakwah, menyambung hati sebelum berbicara, memberi penjelasan sebelum menyampaikan ajakan, memudahkan, bukan menyulitkan,” lanjutnya.
Pria yang masih kelihatan menarik di usia senja ini juga mengatakan
haji tidak hanya kegiatan ibadah semata, melainkan juga diisi dengan kegiatan-kegiatan di luar ibadah pokok haji namun masih terkait dengan dunia Islam. Seperti ziarah ataupun mengunjungi tempat wisata yang memiliki kaitan dengan sejarah dan perkembangan Islam. “Seperti mengupas sejarah nabi dan kerabatnya, ambil cerita menarik, tentang sisi yang tidak diketahui oleh jemaah secara umum,” timpalnya.
Giat ini merupakan hasil kerjasama Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dengan Fakultas Dakwah Uinsa Surabaya. Karena masih dalam suasana pandemi, panitia menerapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat. Harus membawa surat swab negatif dan tidak boleh foto bersama. (lai/irn)
Editor Laidia Maryati