Menyebarnya virus Covid-19 di Jawa Timur tidak menghalangi Kantor Wilayah Kementerian Agama melakukan giat sertifikasi pembimbing manasik haji angkatan III. Program ini tetap dilaksanakan dengan melakukan penyesuaian, memanfaatkan teknologi informasi dan penerapan protokol kesehatan dengan ketat.
Proses sertifikasi dilakukan bekerjasama dengan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dalam penyesuaian ini, proses sertifikasi pembimbing dilakukan dengan pola campuran, dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring atau tatap muka) secara bergantian.

“Penyesuaian ini dilakukan agar sertifikasi tetap bisa berjalan optimal, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dan tujuannya tercapai, meski dalam kondisi pandemi Covid-19,” ujar Ersyad, Kasi Bina Haji Reguler dan Advokasi Haji dalam laporan saat pembukaan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Angkatan III, Jumat (11/12).

Karena penyebaran covid masih tinggi panitia menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Semua peserta wajib membawa surat swab negatif, menjaga jarak, tidak bersalaman, memakai masker dan rajin cuci tangan. Selama kegiatan peserta dilarang keluar asrama.

Acara pembukaan dihadiri dari DPR RI Komisi VIII, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, yang diwakili oleh Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Uinsa Surabaya, Kepala UPT Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Ketua Forum Komunikasi
KBIHU Jawa Timur, Assesor, Panitia dan 100 orang peserta perwakilan ASN Kementerian Agama dari setiap kabupaten/kota se Jatim. Pola pengajaran di bagi dalam dua kelas, di hall Mina dan hall Bir Ali masing-masing 50 peserta, yang akan berlangsung selama 10 hari, dari 11 sampai 20 Desember 2020.

Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Jatim, M. Nurul Huda, menambahkan inovasi ini menjadi bagian ikhtiar Kanwil Kementerian Agama Jatim dalam meminimalisir risiko penyebaran Covid-19. “Inovasi sertifikasi penting agar peningkatan kompetensi pembimbing haji tetap berjalan, meski kondisi pandemi,” ujarnya.
Pilihan menggunakan metode campuran merupakan respon atas kondisi pandemi. Sertifikasi dikemas untuk menyiapkan pembimbing manasik haji dan umrah yang profesional dan terstandar.

Menurut Nurul Huda ada 4 ranah kompetensi Pembimbing Manasik Haji yakni, kompetensi kognitif
(bagaimana para pembimbing memahami manasik haji), kompetensi leadership (kemampuan manajerial),
kompetensi sosial (harus mampu menggerakkan tim work) dan
kompetensi language (kecakapan berbahasa).

Sementara itu Rektor Uinsa Surabaya, Masdar Hilmy mengapresiasi giat yang sudah dilaksanakan tiga kali ini.
Beliau mengingatkan pelaksanaan giat sertifikasi pembimbing manasik haji untuk mematuhi
masih suasana pandemi, semua protokol kesehatan harus ditaati, mengingat pandemi Covid-19 masih berlangsung. Selain itu juga mengingatkan kepada para pembimbing untuk memberikan pelayanan yang terbaik. “Jangan sampai pelayanan jemaah haji diambil alih pihak yang tidak menguasai manasik haji,” ujarnya.

Senada dengan apa yang disampaikan Rektor Uinsa Surabaya, Anggota DPR RI Komisi VIII, An’im Falahudin Mahrus, mengatakan untuk mewujudkan itu semua harus memberikan pelayanan haji sebaik mungkin.
“Terciptanya pembimbing yang baik, yang bisa menjadi seorang manager, bagaimana seorang pembimbing harus bisa mengendalikan jemaah yang capek dan emosional,” ujarnya.

Pria dari Lirboyo Kediri ini juga menyebutkan 3 hal skenario Pemerintah tentang skenario pelaksanaan ibadah haji di tahun 2021. Pertama, berangkat seperti kuota biasanya, kedua pelaksanaan haji di batasi baik dari sisi jumlah dan usia dan ketiga jemaah haji tidak diberangkatkan karena pandemi masih berlangsung dan tidak mengalami penurunan. (lai/irn)

Editor: Laidia Maryati

Pembukaan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Angkatan III Dilaksanakan dengan Protokol Kesehatan Sangat Ketat