Tak terasa giat Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji hari ini, Senin (09/11/2020), di Asrama Haji Sukolilo Surabaya telah memasuki hari kedelapan. Ada dua materi yang disampaikan, yang pertama materi Implementasi Pengembangan IT Penggunaahasa Arab Pasaran oleh Pencipta Aplikasi EMAQRA’, H. Nur Yasin Shirotol Mustaqim, MA.
Ia mengajarkan kepada peserta tentang sebuah layanan WhatsApp Auto Respon yang menyediakan layanan bahasa Arab Ammiyah, caranya dengan ketik a atau arab, layanan Doa Manasik Haji dan Umrah, dengan cara ketik d atau doa dan layanan Manasik Haji dan Umrah dengan cara ketik m atau manasik ke nomor
08888000077 (PP Qur-any Nurul Faizah Surabaya). Pria jebolan pesantren PIQ Singosari Malang asuhan KH. M. Bashori Alwi Murtadlo ini mengatakan
ingin memberikan kontribusi untuk Petugas Haji dan jemaah agar bisa mudah memahami atau belajar bahasa Arab, manasik haji dan doa-doa haji.
“Semoga ini bermanfaat dan berharap seluruh jemaah dan petugas nantinya menjadi haji yang mabrur, sehingga saya ikut di doakan,” ujarnya.
Dengan aplikasi tersebut bisa memudahkan jemaah untuk berkomunikasi dengan bangsa Arab dan paham tentang manasik haji sedini mungkin. Menurut pria lulusan S1 IAIN Malang dan S2 King Saud University Riyadh ini aplikasi dibuat belum 1 bulan. “Masih perlu banyak masukan dan penyempurnaan,” kata ia.
Sementara itu narasumber ke dua,
Dr. H. Abd. Halim, M.Ag, dengan materi Micro Guiding mengajak peserta untuk mempresentasikan pelaksanaan haji dengan pendekatan analisis SWOT.
Analisis SWOT merupakan suatu teknik perencanaan strategi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek, baik yang sedang berlangsung maupun dalam perencanaan baru.
“Micro Guiding untuk merefleksikan perjalanan kita dari pembimbingan dari tanah air sampai ke tanah air lagi,” ujar pria kelahiran Pati, 55 tahun silam ini.
Ia menambahkan ada beberapa prinsip yang harus dimiliki dan dikuasai pembimbing yang harus ditularkan kepada jemaah. “Pertama value transformation,
pembimbing yang bisa mentransfer nilai-nilai spiritual pada jemaah, transformation of knowledge (transformasi pengetahuan), transformation experience (transformasi pengalaman), transformation of skill (transformasi keahlian) dan transformation net working (jaringan tim antar pembimbing, petugas dan jemaah),” imbuhnya.
Terakhir pria yang masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Uinsa Surabaya ini menegaskan tentang peran pembimbing sebagai leader dan manajer yang merupakan satu kesatuan dan kombinasi sesuai kebutuhan.
Acara ini diikuti oleh 100 orang peserta se Jawa Timur, dari unsur Kemenag, KBIHU, Organisasi kemasyarakatan dan akademisi.
Karena penyebaran covid masih tinggi panitia menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Semua peserta wajib membawa surat swab negatif, menjaga jarak, tidak bersalaman, memakai masker dan rajin cuci tangan. Selama kegiatan peserta juga dilarang keluar asrama. (lai/irn)
Editor: Laidia Maryati



