Hal itu disampaikan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Atok Illah, di hadapan peserta Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji, Jumat (06/11/2020) di aula Bir Ali Asrama Haji Sukolilo Surabaya.
“Pembimbing harus punya pengetahuan, akhlak dan mental yang lebih baik daripada yang jemaah yang dipimpin, oleh karena itu seorang pembimbing harus punya kelebihan dari segi wawasan, kejiwaan dan lain sebagainya, sehingga ketika kita berbicara menyampaikan suatu materi jemaah bisa menerima materi dengan mantap dan yaqin,” ujarnya.
Ia menegaskan akan menjadi sia-sia apabila kemampuan penguasaan materi tidak sejalan dengan akhlak yang baik yang dimiliki pembimbing ibadah haji.
“Sehebat apapun kemampuan menguasai materi haji namun jika akhlak tidak diutamakan maka akan sia-sia,” tegasnya.
Pembimbing Manasik Haji akan menghadapi berbagai macam jemaah dengan karakter dan pribadi yang berbeda-beda. Maka Pemerintah melalui Kementerian Agama mengatur pembimbing harus bersertifikat. Walaupun secara keilmuan mungkin sudah lebih.
“Arah sertifikasi adalah menyiapkan SDM yang memiliki profesionalitas dan kompetensi, dimana pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 2019 pasal 3 ayat b, menyebutkan bahwa Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah bertujuan mewujudkan kemandirian dan ketahanan dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah,” jelasnya.
Pria kelahiran Sidoarjo 55 tahun silam ini menegaskan giat ini untuk meningkatkan kualitas para pembimbing dengan cara sertifikasi sesuai standar Kementerian Agama. “Salah satu inovasi yang dilakukan Kementerian Agama adalah menghadirkan manasik sepanjang tahun bagi jemaah haji,” timpalnya.
Lebih lanjut ia mengatakan yang harus dipersiapkan untuk manasik sepanjang tahun adalah peningkatan kualitas dari pembimbing manasik haji. “Mereka harus mumpuni melalui sertifikasi,” ujar Atok.
Pria berpenampilan tenang ini mengatakan menjadi pembimbing manasik haji dan petugas ibadah haji harus melalui proses sertifikasi. Setelah melalui proses tersebut mereka diharap dapat memberikan pembinaan yang maksimal kepada jamaah haji.
Ia berharap pembimbing mempunyai akhlak yang baik, pengetahuan fiqih serta memahami regulasi yang berkaitan dengan haji bukan hanya sebatas selembaran yang mempunyai keabsahan sebagai pembimbing yang mempunyai sertifikat resmi dari Kementerian Agama, pembimbing harus tahu tanggung jawab yang diemban.
Selanjutnya ia berpesan kepada yang hadir untuk melakukan koordinasi dengan Kemenag setempat. Hal ini berkaitan dengan penyelenggaraan manasik haji.
Selalu bertanya kepada yang lebih berpengalaman tentang tugas petugas. “Pengalaman rohani orang yang berhaji itu berbeda walaupun satu tempat duduk,” kata ia.
Acara ini sudah berjalan selama lima hari, dimulai tanggal 2 sampai 11 November mendatang. Karena penyebaran covid masih tinggi panitia menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Semua peserta wajib membawa surat swab negatif, menjaga jarak, tidak bersalaman, memakai masker dan rajin cuci tangan. Selama kegiatan peserta dilarang keluar asrama. (lai/irn)
Editor: Laidia Maryati