Tanggal 21 April selalu diperingati sebagai hari Kartini yang merupakan hari bangkitnya emansipasi perempuan. Seperti halnya di tengah pandemi Covid-19 ini, kaum perempuan turut berperan aktif dan sangat penting untuk mencegah penyebaran virus ini. Angka penyebaran kasus positif virus Corona atau Covid-19 semakin hari semakin menggila. Update Covid-19 di Dunia 19 April: 2,3 Juta Kasus, 595.467 Sembuh, 160.434 Meninggal (Kompas, 18 April 2020).
Tak hanya di kota, virus yang awalnya berasal dari Wuhan China ini telah menjangkiti sejumlah wilayah di pedesaan.
Perempuan dituntut untuk menjadi sosok yg profesional, selain mengelola rumah tangga juga dituntut harus lebih kreatif dan cerdas mengatur kebutuhan rumah tangga pasalnya dampak Covid-19 ini juga menyebabkan perekonomian turun drastis akibat penerapan sosial serta physical distancing. Di sisi lain perempuan juga memiliki tugas kodrati seperti melahirkan, menyusui dan merawat anak. Belum lagi tugas sebagai “guru” dirumah buat anak-anaknya, membantu mengerjakan tugas-tugas sekolah jika anak bertanya. Rata-rata pihak sekolah hanya memberikan tugas kepada anak tanpa memberikan pemahaman dan penjelasan terlebih dahulu. Mau tidak mau peran ibu di sini sangat menentukan di mana era pembelajaran masa ibu sekolah dengan masa anak sekolah sudah sangat berbeda.
Kodrat yang melekat pada diri perempuan tetap dilakoni sementara mereka juga berada untuk tugas mencari penghidupan dan karir. Ditengah wabah pandemi ini, perempuan menjadi salah satu kelompok yang rentan menjadi korban akibat wabah pandemi ini. Salah satunya, mereka yang bekerja di pabrik atau perusahaan, banyak mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bahkan tanpa pesangon.
Banyaknya fenomena PHK menyebabkan penghasilan masyarakat kelas menengah ke bawah semakin keok. Ditengah keputus-asaan itu, ditambah adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan imbauan “Di Rumah Aja”, beban perempuan semakin meningkat. Hal ini menimbulkan polemik baru utamanya bagi perempuan dan anak. Di era wabah pandemi Covid-19 ini, perempuan harus mengambil peran lebih untuk mengurangi serta mencegah adanya korban. Banyak aktivitas positif, produktif juga bernilai ekonomis yang sebetulnya bisa dilakukan perempuan. Perkembangan teknologi yang semakin maju, mudah dan terjangkau sebetulnya bisa menjadi andalan, era 4.0 saat ini. Inilah yang harus dimanfaatkan. Menyulap media sosial; Instagram, Facebook, Blog, Youtube, juga Twitter untuk menambah pundi-pundi pendapatan. Mau tidak mau harus memulai “Think Digital”.
Masa Pandemi Covid-19, kaum perempuan lah yang terkena dampaknya secara tidak proporsional. Kini saatnya perempuan berdaya harus bangkit. Ada banyak peluang baik gerak maupun kreatifitas, yang muncul dari ide dan tangan perempuan. Bagi perempuan yang memiliki keahlian dalam bidang marketing misalnya, bisa memulai dengan berbisnis online dengan menjadi reseller, agen distributor. Mereka tidak membutuhkan banyak biaya, melainkan cukup bermodalkan keahlian memasarkan produk keluarga, teman, atau kerabat. Kegiatan ini mudah dilakukan dengan memanfaatkan kecanggihan sosial media.
Bagi para aktivis perempuan, masa sosial distancing mungkin menjadi salah satu tantangan dalam menjalankan rutinitas. Ada banyak kesempatan dan peluang yang bisa dilakukan dari rumah, dengan menulis artikel, opini, bahkan berita misalnya atau membuat/mengikuti kajian, diskusi, seminar, atau takshow secara online. Begitu juga bagi para ustadz/ustadzah para pendakwah, sekarang bisa memulai berdaqwah dari offline menjadi online. Ada banyak media yang bisa digunakan dalam menyampaikan pesan dakwah.
Adapun perempuan karir yang terbiasa beraktivitas di luar, yang tak pernah lepas dari gadget, laptop, camera dan media elektronik lainnya, pada masa pemberlakuan Work From Home (WFH) tidak perlu cemas dan bingung. Selain memiliki waktu ngobrol dengan keluarga, kita juga bisa melakukan hal-hal sederhana dengan mencoba berbagai masakan yang bisa diakses lewat youtube. Selain memberikan kebahagiaan anggota keluarga, bagi sebagian orang memasak ternyata bisa menjadi terapi baik dalam menurunkan stres dan kecemasan karena kerjaan.
Peluang ini juga terbuka lebar untuk para perempuan yang ahli dalam memasak atau berkarya membuat produk home made; kue kering/basah, catering, ramuan jamu, cemilan sehat, dan berbagai jenis makanan lainnya, atau bisa juga bagi perempuan yang ahli dalam menjahit; permak pakaian, membuat masker, sarung tangan, juga bisa ikut dipasarkan.
Sementara bagi perempuan yang tidak memiliki keahlian dalam bidang marketing atau menghasilkan produk home made, bisa juga mencari aktivitas baru dengan bercocok tanam, memanfaatkan lahan depan, belakang samping kanan-kiri rumah untuk ditanami sayuran atau rempah-rempahan; tomat, cabai, jagung, timun, kacang-kacangan, kunyit, jahe, lengkuas dll. Membuka tanaman hidroponik, atau kembang-kembang favorite yang bisa memperindah rumah tercinta.
Oleh karenanya, di tengah masa sosial distancing ini, penulis mengajak para perempuan saatnya bangkit mengambil peran, kerahkan semua ide-ide krekatif yang bisa dilakukan, ambil semua peluang dan kesempatan. Libatkan anak, pasangan atau keluarga lainya dalam setiap aktivitas. Hindari dan putus mata rantai penyebab terjadinya tindak kriminal, KDRT maupun bentuk kekerasan lainnya. Tunjukkan kepada dunia, bahwa perempuan layak maju dalam segala kondisi dan situasi. Mari menjadi manusia yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri, keluarga dan sesama.
Dengan demikian, perempuan telah menciptakan lapangan kerja.
Peran strategis perempuan menjadi semakin signifikan di tengah berbagai kebijakan untuk work from home atau stay at home. Walaupun perempuan lebih rentan terpapar dampak negatif pandemi, perempuan terus tampil di depan, menjadi bagian dari solusi serta ujung tombak ketahanan ekonomi dan sosial masyarakat di tengah pandemi.
Sangat penting untuk menggarisbawahi untuk saling mendukung dan memberdayakan perempuan untuk menjadi bagian dari solusi melawan pandemi.
Bagi penulis, keadaan tersebut bisa diatasi ketika semua sadar bahwa keberadaan orang lain menjadi sangat penting dan berharga. Masing-masing individu tidak merasa superior, tidak jumawa dan tidak merasa paling benar sendiri. Etika saling menghargai, sabar dan saling berbagi menjadi solusi. Bagi yang memiliki kelebihan harta, sebaiknya berbagi, dan yang kekurangan sebaiknya tidak mengedepankan sikap tamak.
Penulis Laidia Maryati, S. Ag, MA
Pranata Humas Madya pada Kemenag Tuban